Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Indonesia Pimpin Aksi Iklim Global: Restorasi Gambut Jadi Model Pembelajaran Asia di AsiaFlux Conference 2025

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:34 WIB Last Updated 2025-10-23T03:34:09Z

 


RIAU, ELITNEWS.COM — Indonesia kembali menegaskan kepemimpinannya di panggung dunia dalam aksi iklim dan restorasi ekosistem gambut tropis. Pada ajang AsiaFlux Conference 2025, forum ilmiah bergengsi yang mempertemukan lebih dari 300 ilmuwan, pembuat kebijakan, dan praktisi lingkungan dari 29 negara, Indonesia tampil percaya diri sebagai pusat pembelajaran restorasi gambut Asia.



Diselenggarakan di Kompleks PT RAPP, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau, kegiatan ini menjadi momentum penting bagi Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) untuk menampilkan capaian nyata dan inovasi sains dalam pengelolaan lahan berkelanjutan.


“Restorasi gambut bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan fondasi ketahanan iklim nasional,” tegas Menteri LH/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq, Rabu (22/10/2025).


“Keberhasilan restorasi lahir ketika ilmu pengetahuan berpadu dengan kearifan lokal, ketika masyarakat bukan hanya penerima manfaat, tetapi pengelola ekosistemnya.”


Dalam satu dekade terakhir, Indonesia telah merehabilitasi lebih dari 24,6 juta hektare lahan, termasuk 4,16 juta hektare ekosistem gambut yang berhasil dibasahi kembali. Pemerintah juga telah membangun 45.000 sekat kanal dan menanam kembali spesies asli seperti jelutung, ramin, dan balangeran.


KLH/BPLH memperkuat fondasi ilmiah restorasi melalui pendekatan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dan sistem digital SiPPEG (Sistem Informasi Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut) yang memantau kondisi gambut secara real-time. Pendekatan berbasis data ini berpadu dengan kearifan lokal, menciptakan tata kelola adaptif yang sesuai dengan kondisi sosial-ekologi masyarakat setempat.


Lebih dari sekadar proyek lingkungan, restorasi gambut kini berkembang menjadi gerakan kolaboratif nasional. Melalui program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG), sebanyak 1.100 desa telah menjadi pengelola aktif ekosistemnya.


Perempuan dan pemuda pun menjadi motor ekonomi hijau, mengembangkan usaha madu kelulut, kerajinan serat alam, dan ekowisata berkelanjutan yang memberikan dampak ekonomi nyata bagi masyarakat lokal.


Langkah strategis ini sejalan dengan RPJMN 2025–2029 serta target FOLU Net Sink 2030, menempatkan restorasi gambut sebagai pilar utama ketahanan iklim, sosial, dan ekonomi nasional. Pendekatan ilmiah yang diusung KLH/BPLH membuktikan bahwa pemulihan alam dapat menjadi investasi strategis menuju pembangunan rendah karbon.


Ketua Komite Penyelenggara AsiaFlux Conference 2025, Chandra S. Desmukh, menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk mencapai tujuan iklim global.


“AsiaFlux bukan hanya tentang menara pemantau flux, tetapi tentang kolaborasi manusia di baliknya — ilmuwan, pembuat kebijakan, sektor swasta, dan masyarakat,” ujar Chandra.


“Tahun ini, kami menyambut peserta dari 29 negara, mewakili universitas, lembaga riset, pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil. Kolaborasi lintas sektor ini menjadi bukti nyata komitmen bersama mendukung FOLU Net Sink 2030 Indonesia dan tujuan iklim global.”


Dalam penutupan, Menteri Hanif kembali menyerukan semangat keberlanjutan: “Kita tidak boleh hanya mengeksploitasi sumber daya alam, tetapi harus menghadirkan ilmu pengetahuan yang memperkuat daya saing dan keberlanjutan alam Indonesia.”


Dengan visi kuat, inovasi sains, dan komitmen nyata, Indonesia kini berdiri di garda terdepan aksi iklim global. Restorasi ekosistem bukan lagi sekadar tanggung jawab, tetapi kebanggaan dan peluang menuju masa depan yang hijau, tangguh, dan berdaulat. (rilis KLH/BPLH).

×
Berita Terbaru Update